Berita  

GEUCHIK PAYA DUA SULTAN IBRAHIM MENDAPAT PIAGAM PWDPI AWARD 2025 SEBAGAI TOKOH MUDA PEMBAHARUAN DAN PEMBAWA ASPIRASI MASYARAKAT

0:00

Bandar Lampung : Ragamrajawalinusantara.id_ Ratusan pasang mata menatap ke arah panggung ketika nama Sultan Ibrahim, S.Pd, SH disebut. Keuchik Gampong Paya Dua, Kecamatan Peudawa, Aceh Timur itu berjalan mantap menuju podium, menerima penghargaan PWDPI Award 2025 dari Ketua Umum PWDPI. Tepuk tangan panjang dan standing ovation menggema, menciptakan suasana haru di aula Hotel Graha Bintang. Di balik senyum bahagia, air mata nyaris jatuh di sudut mata Sultan. “Ini bukan penghargaan untuk saya pribadi, tapi untuk masyarakat Paya Dua,” ujarnya lirih saat ditemui usai acara.

Penghargaan itu bukan hadiah biasa. Ini adalah pengakuan nasional terhadap perjuangan seorang kepala desa yang hanya bermodal keberanian, kejujuran, dan kerja keras. Sultan adalah satu-satunya kepala desa dari Aceh yang terpilih. Dari puluhan nama yang direkomendasikan dari seluruh Aceh, hanya dia yang dinilai memenuhi kriteria Tokoh Muda Pembaharuan Terbaik dan Pembawa Aspirasi Masyarakat. Panitia menilai, di tengah banyak kepala desa yang hanya mengelola dana desa secara rutin, Sultan justru berhasil menciptakan inovasi, mengubah wajah Paya Dua, dan menjadikannya desa yang mandiri.

Perjalanan Sultan menuju panggung nasional tidak instan. Latar belakangnya mencerminkan sosok yang ditempa pengalaman organisasi sejak muda. Ia pernah menjadi kader HMI IAIN Ar-Raniry (2004-2007), aktif di KNPI (2005-2008), hingga menjadi pengurus Pemuda Muhammadiyah Aceh Timur (2006-2012).

Baca juga Artikel ini:  MIN 25 ACEH TIMUR KECAMATAN NURUSSALAM NENGIKUTI SEMARAK PAWAI KARNAVAL HUT RI KE- 80

Tahun 2009, ia sempat bekerja sebagai wartawan di Koran Orbit Medan, sebelum dipercaya menjadi ketua koperasi di Kecamatan Peudawa. Kini, selain menjabat sebagai keuchik, ia juga menjadi Ketua Persaudaraan Aceh Seranto (PAS) Aceh Timur.

Di bawah kepemimpinannya, Gampong Paya Dua berubah drastis. Saat ia dilantik, desa itu dalam kondisi berutang. Namun, hanya dalam lima tahun, aset desa berhasil ia dorong hingga hampir Rp5 miliar. Ia mendorong setiap dusun memiliki aset ekonomi sendiri, menyediakan ambulans gratis lintas provinsi yang telah membantu hampir 500 pasien dan jenazah, serta menjadikan Paya Dua sebagai desa bersih narkoba dan judi, mengingat beliau juga pernah menjadi ketua Gerakan Indonesia Anti Narkoba (GIAN) pada tahun 2017-2020

“Lebih baik rusak satu generasi untuk menyelamatkan tujuh generasi berikutnya,” katanya tegas, menegaskan komitmennya untuk melawan narkoba dan praktik yang merusak moral desa.

Bagi Sultan, menjadi keuchik bukan soal jabatan, tetapi tentang tanggung jawab moral dan amanah jabatan yang diberikan kewenangan oleh masyarakat. Ia percaya bahwa setiap kepala desa harus berani mengambil kebijakan sejauh itu adalah demi kepentingan masyarakat desanya, meskipun itu tidak populer.

Baca juga Artikel ini:  Beri Penghormatan Terakhir, Wakapolres Aceh Timur Pimpinan Upacara Pemakaman Aiptu Muhammad Ali

“Selagi masih ada waktu untuk berbuat demi memajukan desa, maka berbuatlah. Jangan takut disalahkan kalau itu untuk kebaikan bersama,” ujarnya. Kalimat itu disambut tepuk tangan para peserta Rakernas PWDPI yang hadir dari 30 provinsi.

Ketua Umum PWDPI dalam sambutannya menjelaskan alasan memilih Sultan.

“Kami mengecek bagaimana kedekatan beliau dengan warga, apa saja upaya yang ia lakukan, dan apa hasilnya. DPC dan DPW cukup detail dalam memilih, dan hasil verifikasi kami menunjukkan Sultan memang layak diberi penghargaan ini,” katanya.

Bagi masyarakat Paya Dua, penghargaan ini adalah kebanggaan. Ini membuktikan bahwa desa kecil mereka bisa dikenal hingga tingkat nasional. Dampaknya lebih dari sekadar prestise, ini menjadi motivasi baru bagi perangkat desa dan warga untuk mempertahankan prestasi yang sudah dicapai. “Penghargaan ini akan menjadi pemicu bagi saya dan tim perangkat desa untuk bekerja lebih keras. Kami ingin pelayanan publik di Paya Dua semakin baik, kami ingin ada program pemberdayaan ekonomi yang lebih besar,” kata Sultan.

Baca juga Artikel ini:  Meriahkan POPDA, Dari Bazar Kuliner Hingga Wahana Permainan

Sultan juga menitip pesan untuk kepala desa lain di Aceh.

“Jadilah kepala desa yang tidak egois. Jangan hanya memikirkan kepentingan pribadi, meskipun itu terlihat baik. Bagi masyarakat, yang penting adalah manfaat yang nyata,” ujarnya.

Rakernas PWDPI tahun ini menjadi saksi lahirnya inspirasi baru dari Aceh Timur. Sultan Ibrahim telah membuktikan bahwa perubahan desa bukan hanya wacana, tetapi bisa menjadi kenyataan bila ada keberanian dan ketegasan. Kini, nama Paya Dua tak lagi hanya dikenal di peta Aceh Timur, tapi juga di panggung nasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *