Polri  

Woow Keren..Pencurian Buah Semakin Marak, Petani Sawit Makin Menderita

0:00

MAMOSALATO, Ragamrajawalinusantara.id  –  Pencurian buah sawit adalah salah satu resiko dan derita petani sawit rakyat, terkhusus petani swadaya yang mengelola kebunnya dengan dana dan sumber daya manusia yang terbatas.

Pencurian buah sawit lebih sering terjadi kepada kebun sawit rakyat karena Penjagaan yang tidak Seketat PT.Kurnia Lestari Luwuk ,PT.CAS Dan Lain Lainnya sehingga memiliki banyak celah masuk atau titik buta untuk pencuri masuk. Karenanya pencuri pun lebih memilih petani sebagai sasaran empuk dibadingkan Perusahaan Sawit.

Apalagi ketika harga beli sawit semakin bagus, tak heran kalau pencuri pun semakin mengintip.

Sebagaimana yang terjadi Semua Desa Di Kecamatan Mamosalato Kabupaten Morowali Utara Provinsi Sulawesi Tengah dimana petani sawit lokal mengaku kebun nya belakangan semakin banyak dicuri justru oleh mantan pekerja di kebun mereka atau oleh masyarakat Sekitarnya

Baca juga Artikel ini:  World Water Forum di Bali Berjalan Aman dan Sukses, Polri Ucapkan Terima Kasih

Andi Nama Samaran, petani sawit di Desa Pandauke Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah dikunjungi langsung oleh Kaperwil Sulawesi Tengah ke Kebun Sawitnya ini, menceritakan bahwa belakangan ini kebun nya bisa dicuri hingga 3 ton per panen nya.

“Kami ni kesal betul, harga baru mulai bagus malah garong (pencuri, red) makin banyak. Masa kita baru panen, eh mereka garong tengah malam dari jalan setapak, setelah kita cek pagi nya kemungkinan bisa sampai 3 ton,” terang Andi dengan aksen Tha.Menurut Andi, pencurian semakin marak sekali, ketika harga beli sawit mulai menyentuh angka Rp2.600an per kilogram.\

“Pencurinya kan pasti orang daerah sini juga, jadi mereka tahu waktu harga mulai bagus, pasti mulai lago nge garong kita petani. Apa daya,” keluh Andi sedih.

Baca juga Artikel ini:  Untuk Polda Jateng semakin baik melayani, Irjen Pol Ahmad Lutfhi mohon Doa dan Masukan Masyarakat

Menurut Andi, ini resiko dan pedih nya jadi petani sawit, seolah olah tidak terlepas dari runtutan kisah sedih.

“Orang bilang enak nanam sawit, tapi ini banyak repot nya. Harga bagus cuman sebentar trus pupuk naik, mendadak dibilang kebun nya kawasan hutan, terus harga mulai bagus malah dicuri. Kalau begini terus capek juga kita Pak,” ungkap Andi.

Dikisahkan Andi karena disisi lain dirinya juga menjadi petani ternyata dikenai indikasih masuk dalam kawasan hutan, ketika dirinya sudah mengurus Sertifikat (surat keterangan tanah) lahan kebunnya menjadi SHM (sertifikat hak milik).

“Dari karet kita ke sawit berharap bisa bagus. Tapi kalau gini kita liat kedepannya. Apa pemerintah emang bisa bantu kita petani sawit atau seperti karet kemaren. Sekali jatuh, ambruk gak ada harga lagi,”pungkas Andi kepada Kaperwil Sulteng sembari menatap menyeruput kopi di dalam Kebun Sawit..( AGUS  )

Baca juga Artikel ini:  Soal Warga Aceh Utara Meninggal Dunia Usai Ditangkap, Kabid Humas: Kita Tunggu Hasil Investigasi Paminal

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *